3 Menurut Webster New International Dictionary, filologi selain memiliki pengertian seperti telah dikemukakan, kemudian diperluas sebagai pengertian ilmu bahasa serta studi tentang kebudayaan bangsa yang beradab seperti terungkap dalam bahasa, sastra, dan Secaraumum seni diartikan sebagai segala sesuatu yang dibuat oleh manusia yang memiliki unsur keindahan. Seni juga mampu membangkitkan emosi atau perasaan orang lain. Sedangkan budaya adalah cara hidup yang berkembang bersama pada sekelompok orang dengan cara turun-temurun dari generasi ke generasi. Namun jika melihat kondisi generasi bangsa saat Misalmenjadi, dari mana asal usul nenek moyang bangsa Indonesia berdasar benda-benda peninggalannya, berdasar bahasanya, berdasar rasnya, dan lain-lain. Tulisan ini secara spesifik akan mengulas asal usul bangsa Indonesia berdasar artefak atau benda-benda peninggalannya. Ada banyak ahli yang membahas tentang hal tersebut. Apa pengertian kebudayaan menurut para ahli dan pengertian kebudayaan secara umum serta pengertian peradaban menurut para ahli dan umum. Artikel kali ini akan menjelaskan tentang apa itu kebudayaan dan peradaban. Kalian pasti pernah dengar kedua kata yang sangat berhubungan diatas. Mari kita mulai dengan kata “Kebudayaan” Bangsabarat saat berkunjung ke wilayah negara timur, mereka pasti selalu berpendapat bahwa orang-orang timur itu baik dan ramah. Bangsa timur dalam berpakaian pun tergolong sopan. mereka pun sangat melestarikan budaya masing-masing dan mempunyai adat istiadat yang di junjung tinggi. B. Ciri Khas Bangsa Timur Orang Timur mempunyai manner yang khas yang LatarBelakang Kemajemukan Bangsa Indonesia. 1. Latar Belakang Historis. Dalam pelajaran sejarah, kita telah mengetahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sekarang ini berasal dari Yunan, yaitu suatu wilayah di Cina bagian selatan yang pindah ke pulai-pulau di Nusantara. Perpindahan ini terjadi secara bertahap dalam waktu dan jalur yang berbeda. Kebudayaanzaman Dinasti Syang mempunyai peranan penting dalam pengembangan kebudayaan Cina pada masa berikutnya karena dasar-dsarnya sudah mulai ditanamkan pada masa itu. Pada tahun 1122 SM. Dinasti SYang mengalami keruntuhan karena dikalahkan oleh Kaisar Chou yang berasal dari sebelah barat sungai Hoang Ho. Khofifahmengungkapkan, Shalawat Badar menjadi menjadi peneduh saat bangsa dalam keadaan sulit. Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan mengusulkan Shalawat Badar sebagai Warisan Budaya tak Benda (WBTB) kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Gebernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, shalawat Apakah budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Badan Kesbang Pol Kab. Kutai Timur?” A. DASAR TEORI 1. PENGERTIAN MANAJEMEN Untuk memperoleh arti manajemen, dibawah ini dikutip kebenaran pendapat dari para ahli dibidang manajemen. Susilo Martoyo (2000:23) Manajemen adalah bekerja dengan PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan Selektifterhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. 5. Memperkuat dan mempertahankan jatidiri bangsa agar tidak luntur. Dengan begitu masayarakat dapat bertindak bijaksana dalam menentukan sikap agar jatidiri serta kepribadian bangsa tidak luntur karena adanya budaya asing yang masuk ke Indonesia khususnya. 1KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA SUMBER INSPIRASI INOVASI INDUSTRI KREATIF Made Antara1) dan Made Vairagya Yogantari2) 1)PS Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana antara_unud@ Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali vera@std-bali.ac.id ABSTRACT Indonesia consists of multi ethnicity, has a cultural heritage that Nahberikut ini adalah 15 pendapat ahli sejarah tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang berhasil kami rangkum dari beberapa sumber. Silakan disimak. 1. Pendapat Drs. Moh. Ali. Drs. Moh. Ali beranggapan Definisikebudayaan menurut para ahli: 1. Edward B. Taylor Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Bangsa timur cenderung judgemental menyangkut hal-hal HasilKebudayaan Peradaban Lembah Sungai Eufrat dan Trigris, Hasil kebudayaan peradaban sungai eufrat dan trigris berupa ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yaitu: Aksara. Sejak berdirinya Sumeria, bangsa-bangsa yang mendiami Lembah Sungai Eufrat dan Tigris sudah mengenal abjad dengan bentuk huruf paku dengan sebutan kuneiform. DdLej. 7 tokoh kebudayaan Nartosabdo Lahir di Klaten, 25 Agustus 1925 meninggal di Semarang, 7 Oktober 1985 pada umur 60 tahun adalah seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa Tengah, Indonesia. Salah satu dalang ternama saat ini, yaitu Ki Manteb Soedharsono mengakui bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang wayang kulit terbaik yang pernah dimiliki Indonesia dan belum tergantikan sampai saat asli Ki Nartosabdo adalah Soenarto. Merupakan putra seorang perajin sarung keris bernama Partinoyo. Pada tahun 1945 Soenarto berkenalan dengan pendiri grup Wayang Orang Ngesti Pandowo, yaitu Ki Sastrosabdo. Sejak itu ia mulai mengenal dunia pedalangan di mana Ki Sastrosabdo sebagai gurunya. Bahkan karena jasa-jasanya membuat banyak kreasi baru bagi grup tersebut, Soenarto memperoleh gelar tambahan "Sabdo" di belakang nama aslinya. Gelar itu diterimanya pada tahun 1948, sehingga sejak saat itu namanya berubah menjadi Nartosabdo. Benedict Ruth Benedict adalah seorang antropolog budaya terkenal dari ini lahir pada tanggal 5 Juni 1877 di New York adalah seorang murid franz boaz, orang yang mempengaruhi ideologinya dalam melakukan Benedict paling terkenal adalah Patterns of Culture 1934 dimana dia menyatakan bahwa setiap kebudayaan berasal dari potensi manusia selama periode waktu dikenang sebagai salah satu pelopor penerapan antropologi dalam mempelajari aspek masyarakat penting lainnya termasuk Zuni Mithology 1935, Race Science and Politics 1940, dan The Chrysanthemum and the Sword Patterns of Japanese Culture 1946. TUJUAN DARI ANTROPOLOGI ADALAH UNTUK MEMBUAT DUNIA AMAN DARI PERBEDAAN MANUSIA Abdullah Basuki Abdullah lahir di Surakarta, 25 Januari 1915. Basuki Abdullah adalah salah satu pelukis terkenal Indonesia. Pelukis beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka pada 1974. Lukisan-lukisan karyanya menghiasi istana negara, selain menjadi koleksi dari berbagai penjuru dunia. Basuki Abdullah lahir di Surakarta, 25 Januari 1915. Basuki Abdullah adalah salah satu pelukis terkenal Indonesia. Pelukis beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka pada 1974. Lukisan-lukisan karyanya menghiasi istana negara, selain menjadi koleksi dari berbagai penjuru dunia. Selain menjadi pelukis, dia juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang orang sebagai Rahwana atau Hanoman. Pria yang menikah empat kali ini tidak hanya menguasai soal kewayangan, budaya Jawa di mana dia berasal. Tetapi juga menggemari komposisi-kompasisi Franz Schubert, Beethoven dan Paganini, dengan demikian wawasannya sebagai seniman luas dan tidak cukup tragis. Basuki Abdullah tewas dibunuh perampok di rumah kediamannya, pada 5 November 1993. Ia meninggal dalam usia 78 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta. Marzuki Ismail Marzuki dikenal sebagai komponis yang aktif dan produktif. Dia lahir di Jakarta, 11 Mei 1914. Karya-karyanya seolah tak akan pernah padam hingga kini. Kesyahduan, lirik yang penuh jiwa nasionalis-romantis, syair yang kuat, melodi yang indah, serta memiliki nilai keabadian yang lebih dari 250 karyanya yang beberapa di antaranya masih sering dilantun-dengarkan hingga kini, di antaranya adalah Indonesia Pusaka, Sabda Alam dan Juwita Malam yang dipopulerkan oleh Chrisye, Selendang Sutera, dan Sepasang Mata Bola. Tak hanya itu, lagunya yang berjudul Rayuan Pulau Kelapa yang diciptakan pada tahun 1944 pun beberapa waktu lalu sempat diputar setiap harinya oleh karir sebagai komponis, lagu pertama yang dihasilkan pria yang akrab disapa Ismail ini adalah lagu "O Sarinah" sebuah lagu yang bercerita mengenai kondisi kehidupan bangsa yang tertindas pada tahun 1931. Dalam bermusik, anak kampung Kwitang ini dikenal mempunyai kebebasan berekspresi, leluasa bergerak dari satu jenis aliran musik ke jenis aliran musik yang lain. Selain itu, ia juga punya kemampuan menangkap inspirasi lagunya dengan beragam tema. Ia juga dikenal sebagai pemusik yang mewarnai sejarah dan dinamika musik tanggal 25 Mei 1958 Ismail meninggal di Kampung Bali, Tanah Abang di usia 44 tahun. Linton Ralph Linton merupakan salah satu antropolog budaya terkenal. Linton lahir pada tanggal 27 Februari 1893 di memulai karirnya sebagai seorang arkeolog dan melakukan penelitian yang luas terhadap etnografi berbagai daerah, termasuk Tanala, a Hill Tribe of Madagascar diterbitkan Linton pada tahun 1933 setelah dia menerima gelar menguraikan perbedaan antara status dan peran yang merupakan salah satu penunjuk utama dalam Linton yang paling terkenal termasuk The Study of Man 1936 dan The Tree of Culture 1955. 6. Claude levi strauss Lahir pada tanggal 28 November 1908 di Paris, Claude Lévi-Strauss belajar tentang hukum dan ia melanjutkan studi lebih lanjut dalam bidang filsafat, antropologi struktural menjadi minat besarnya meliputi Structural Anthropology 1958, Totemism 1962, The Raw and the Cooked 1969, dan The Savage Mind 1972.Levi-Strauss mengembangkan teori berlawanan biner, misalnya, baik vs buruk, mentah vs matang, dan Lévi-Strauss menyatakan bahwa budaya adalah sistem komunikasi dalam menafsirkan budaya manusia atas dasar teori linguistik, informasi, dan cybernetics BAHASA ADALAH BENTUK AKAL MANUSIA,YANG MEMILIKI LOGIKA INTERNAL Affandi Koesoema adalah seorang pelukis yang berbakat yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Ia dikenal sebagai Maestro Seni Lukis dengan gaya abstrak dan romantisme. Selain berbakat, ia juga produktif dalam melukis, tercatat sepanjang hidupnya ia telah menciptakan kurang lebih karya lukis. Karya-karyanya telah dipamerkan di berbagai belahan dunia seperti; Inggris, Amsterdam, dan India. Affandi lahir pada tahun 1907 di Cirebon, Jawa Barat. Ayahnya bernama R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Sepanjang hidupnya, Affandi telah menghasilkan kurang lebih karya lukis. Karya-karyanya dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik di benua Asia, benua Eropa, maupun benua Amerika. Saat melukis ia mengelola warna untuk mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu, ia juga lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tubenya kemudian menyapu cat tersebut dengan jari-jarinya. BAHASA YANG SAYA GUNAKAN ADALAH BAHASA LUKISAN BAB I PENDAHULUAN belakang Kebudayaan sangat erat dengan kehidupan sehari-hari setiap manusia,oleh karena itu, kita harus mengetahui apa saja yang ada dalam kebudayaan,seperti wujud kebudayaan,unsur-unsur kebudayaan dan masih banyak lagi kegunaan dan fungsi kebudayaan demi membentuk moral dan etika manusia karena dengan adanya kebudayaan dalam kehidupan bermasyaratkat kita dapat menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, masalah Manusia Manusia bangsa timur kebudayaan kebudayaan Kebudayaan nilai budaya Kebudayaan manusia dan kebudyaan mengetahui apa itu Manusia sebenarnya mengetahui apa saja hakikat manusi itu sendiri mengetahui kebudayaan Timur mengetahui pengertian kebudayaan dari para ahli budaya mengetahui unsur unsur yang ada dalam kebudayaan mengetahui wujud kebudayaan itu sendiri mengetahui orientasi kebudayaan perubahan kebudayaan dulu hingga sekarang kaitan manusia dan kebudayaan yang ada BAB II PEMBAHASAN MANUSIA Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan. Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai mahluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematic budaya yang berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan mahluk biologis saja namun juga sebagai mahluk social, ekonomi, politik dan mahluk budaya. Pengertian kebudayaan ditinjau dari bahasa Sansakerta “budhayah” jamak, budhi = budi/akal. Jadi kebudayaan adalah hasil akal manusia untuk mencapai kesempurnaan . EB. Taylor mengartikan kebudayaan sebagai “keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan serta yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Atau diartikan pula segala sesuatu yang diciptakan manusia baik materi maupun non material melalui aka”l. Budaya itu tidak diwariskan secara generative biologis tapi melalui belajar. Menurut Koentjaraningrat “kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Kebudayaan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hirarkhi, agama, waktu, peranan hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” sansekerta atau “mens” latin yang berarti berpikir, berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok genus atau seorang individu. Dari dua definisi manusia tersebut dapat diketahui bahwa manusia adalah suatu kelompok tidak dapat hidup sendiri atau individu yang berpikir, berakal budi. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Tingginya derajat manusia dibandingkan dengan makhluk lain ini ditunjukkan dengan adanya akal dan pikiran pada manusia. Sebagaimana makhluk hidup, tumbuhan juga tumbuh dan berkembang, namun ia tidak dapat berpindah, mempunyai emosi, atau berinteraksi langsung dengan pihak lain yang memberikan suatu aksi atau tindakan pada diri sendiri. Misalnya tumbuh-tumbuhan tidak dapat berjalan atau berlari, marah ketika ditebang, tertawa ketika disiram atau diberi pupuk, merespon ketika diajak berinteraksi dan berkomunikasi. Demikian pula dengan binatang, walaupun ia dapat berpindah-pindah tempat, mempunyai emosi dan dapat berinteraksi maupun berkomunikasi, namun apa yang dilakukannya hanya dalam lingkup dan proses belajar yang terbatas, serta lebih karena adanya dorongan naluri saja. Sedangkan manusia mempunyai tingkatan yang lebih tinggi karena selain mempunyai ciri-ciri sebagai makhluk hidup seperti di atas, manusia juga mempunyai akal dan pikiran yang dapat memperhitungkan tindakan-tindakannya melalui proses belajar yang terus menerus. Akal dan pikiran yang dimiliki manusia adalah bagian dari budaya. Dengan akal dan pikirannya manusia dengan kegiatan akal dan pikirannya dapat mengubah dan menciptakan realitas melalui simbol-simbol atau sistem perlambangan. Contoh dari sistem perlambangan adalah bahasa yang melambangkan sesuatu berdasarkan sistem pola hubungan antara benda, tindakan, dan sebagainya dengan apa yang dilambangkan. Bahasa tidak hanya yang verbal tapi juga berupa tulisan, lukisan, tanda atau isyarat. Karena kegiatan berpikir manusia ini budaya tercipta. Budaya sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto, karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila gagasan itu dituliskan dalam karangan buku. Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya yang kita sebut sebagai nilai nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan lingkungannya. Dari uraian di atas telah jelas bahwa manusia adalah makhluk yang derajatnya paling atas bila dibandingkan dengan yang lain, karena manusia mempunyai akal dan pikiran. Perilaku manusia sebagai makhluk budaya merupakan gabungan dari adanya unsur fisik/ raga, mental/ kepribadian. Sehingga yang berkembang dalam diri manusia tidak hanya raganya namun juga emosional dan intelektualnya. Dengan demikian manusia sebagai makhluk budaya hendaknya dapat memanfaatkan/ mendayagunakan sumber daya alam dengan sebaik mungkin, dengan sebijaksana mungkin sehingga tercipta masyarakat atau peradaban yang damai dan ideal. bangsa Timur Orang-orang timur mempunyai manner yang khas yang membedakannya dengan bangsa lain. Bangsa timur sangat terkenal dengan hospitality atau keramahtamahannya terhadap orang lain bahkan orang asing sekalipun. Bagaimana mereka saling memberikan salam, tersenyum atau berbasa basi menawarkan makanan atau minuman. Bangsa timur juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai atau norma norma yang tumbuh di lingkungan masyarakat mereka. Contohnya saja nilai kesopanan. Di beberapa negara di Asia ada cara dimana kita harus menundukkan/membungkukkan badan 90 derajat pada orang yang lebih tua atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi secara finansial maupun pendidikannya untuk menunjukkan rasa hormat kita. Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun berpakaian. Orang-orang timur juga sangat mengedepankan kepentingan bersama daripada kepentingan yang bersifat pribadi . Bangsa lain juga sangat suka dengan kepribadian bangsa timur yang tidak individualis, dan saling menghargai serta tolong menolong satu sama lain tanpa pamrih. Selain itu bangsa timur sangat menjaga tali silaturahmi atau kekeluargaan antar sesama. Bangsa timur juga terkenal mempunyai pribadi sebagai bangsa pekerja keras, mereka akan berjuang untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan individu mereka atau kebutuhan kelompok. Tingkat keagamaan atau religiusitas mereka juga tinggi, terlihat dari seringnya mereka melakukan ibadah. kepercayaan bangsa timur terhadap nenek moyang mereka juga masih kental hingga saat ini. bangsa timur juga terkenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan bangsanya. Kebudayaan itulah yang mereka jadikan sebagai panutan mereka dalam berperilaku. Kebudayaan Kata ” kebudayaan datang dari bhs Sanskerta yakni ” buddayah ” yang merupakan bentuk jamak dari kata ” budhi ” yang artinya budi atau akal. Kebudayaan disimpulkan sebagai ” beberapa hal yang berkaitan dengan budi atau akal “. Pengertian Kebudayaan pada umumnya merupakan hasil cipta, rasa serta karsa manusia dalam penuhi keperluan hidupnya yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, susila, hukum kebiasaan serta tiap-tiap kecakapan, serta rutinitas. Sedang menurut Koentjaraningrat yang menyampaikan kalau pengertian kebudayaan yaitu keseluruhan manusia dari tingkah laku serta hasil yang perlu didapatkannya dengan belajar serta semuanya tersusun dalam kehidupan orang-orang. Pengertian kebudayaan menurut para ahli Malinowski Bronislaw Malinowski menyebutkan kalau ada empat unsur pokok kebudayaan yang mencakup seperti berikut… beberapa etika yang memungkinkan adanya kerja sama antaranggota masyarakat supaya sesuaikan dengan alam seputarnya. ekonomi serta instansi atau petugas untuk pendidikan keluarga yaitu instansi pendidikan paling utama. kemampuan politik b. C. Kliucckhohn Kliucckhohn mengatakan ada tujuh unsur kebudayaan, yakni system mata pencaharian hidup ; system peralatan serta tehnologi ; system organisasi kemasyarakatan ; system pengetahuan ; bhs ; kesenian ; system religi serta upacara keagamaan. c. Herskovits Herskovits melihat kalau kebudayaan adalah sebagai suatu hal yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang lalu dikatakan sebagai superorganik. d. Andreas Eppink Kebudayaan mempunyai kandungan bentuk dari seluruh pengertian nilai sosial, etika sosial, ilmu dan pengetahuan dan keseluruhnya bebrapa susunan sosial, religius, dan sebagainya, dan juga semua pernyataan intelektual serta artistik sebagai ciri khas satu orang-orang. e. Edward Burnett Tylor Kebudayaan adalah seluruh dari yang kompleks yang didalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, tradisi adat istiadat, serta beberapa kemampuan lain yang didapat seorang sebagai anggota orang-orang. Koentjaraningrat, Budaya merupakan sebuah sistem gagasan & rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar. Kebudayaan 1. Sistem Bahasa Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi. 2. Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain a. alam sekitarnya; b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya; c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya; d. zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya; e. tubuh manusia; f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia; g. ruang dan waktu. 3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya. Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial. 4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik. 5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain a. berburu dan meramu; b. beternak; c. bercocok tanam di ladang; d. menangkap ikan; e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi. Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi. Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan. 6. Sistem Religi Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif. 7. Kesenian Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat. Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi. kebudayaan o Wujud Gagasan Budaya dalam wujud gagasan/ide ini bersifat abstrak dan tempatnya ada dalam alam pikiran tiap warga pendukung budaya yang bersangkutan sehingga tidak dapat diraba atau gagasan yang telah dipelajari oleh setiap warga pendukung budaya sejak dini sangat menentukan sifat dan cara berpikir serta tingkah laku warga pendukung budaya tersebut. Gagasan-gagasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai hasil karya manusia berdasarkan sistem nilai, cara berfikir dan pola tingkah laku. Wujud budaya dalam bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistem nilai budaya. o Wujud benda hasil budaya Semua benda hasil karya manusia tersebut bersifat konkrit, dapat diraba dan difoto. Kebudayaan dalam wujud konkrit ini disebut kebudayaan fisik. Contoh bangunan-bangunan megah seperti tembok cina, menhir, alat rumah tangga seperti kapak perunggu, gerabah dan lain-lain. Salah satu contoh kebudayaan di Mesir yaitu Piramida Dalam kenyataan sehari-hari ketiga wujud tersebut yaitu gagasan, perilaku dan benda hasil budaya tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi. Contoh salah satu unsur kebudayaan adalah sistem religi maka wujud budaya sistem religi adalah sebagai berikut 1 Gagasan 2 Perilaku o Wujud perilaku Budaya dalam wujud perilaku berpola menurut ide/gagasan yang ada. Wujud perilaku ini bersifat konkrit dapat dilihat dan didokumentasikan difoto dan difilm. Contoh Petani sedang bekerja di sawah, orang sedang menari dengan lemah gemulai, orang sedang berbicara dan lain-lain. Masing-masing aktivitas tersebut berada dalam satu sistem tindakan dan tingkah satu contoh Wujud perilaku dalam kebudayaan adalah Tari nilai budaya Lima Masalah Dasar Dalam Hidup yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia kerangka Kluckhohn •Hakekat Hidup •Hidup itu buruk •Hidup itu baik •Hidup bisa buruk dan baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikthtiar agar hidup bisa menjadi baik. •Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan Hakekat Karya •Karya itu untuk menafkahi hidup. •Karya itu untuk kehormatan. Persepsi Manusia Tentang Waktu •Berorientasi hanya kepada masa kini. Apa yang dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi orientasi ini bagus karena seseorang yang berorientasi kepada masa kini pasti akan bekerja semaksimal mungkin untuk hari-harinya. •Orientasi masa lalu. Masa lalu memang bagus untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri mengenai apa yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan. •Orientasi masa depan. Manusia yang futuristik pasti lebih maju dibandingkan dengan lainnya, pikirannya terbentang jauh kedepan dan mempunyai pemikiran nyang lebih matang mengenai langkah-langkah yang harus di lakukann nya. •Pandangan Terhadap Alam. Manusia tunduk kepada alam yang berusaha menjaga keselarasan dengan berusaha menguasai Manusia Dengan Manusia •Orientasi kolateral horizontal, rasa ketergantungan kepada sesamanya, barjiwa gotong royong. •Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh yang mempunyai otoriter untuk memerintah dan memimpin. •Individualisme, menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri. Kebudayaan PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA Pengertian perubahan sosial menurut beberapa ahli – Selo Soemardjan Perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku antar kelompok dalam masyarakat. – Gillin Cara-cara hidup yang telah diterima baik karena kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology maupun adanya penemuan baru dalam masyrakat itu. – Kingsley Davis Perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat – Mac Iver perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial – William Oqburn perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Secara umum perubahan dalam masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, dan pola perilaku. Unsur-unsur perubahan sosial Interaksi sosial Hubungan timbal balik antara individu-individu, kelompok-kelompok, individu-kelompok dalam kehidupan masyarakat. Lembaga-lembaga sosial •Lembaga yang memuat aturan-aturan pada kebutuhan pokok manusia dari segala tingkatannya •Kelompok sosial •Pengelempokan manusia berdasarkan kepentingan tertentu •Pelapisan sartifikasi sosial •Pengelompokan penduduk/masyarakat berdasarkan tingkat sosialnya. Bentuk-bentuk perubahan sosial “Soejono Sukanto” *Evolusioner adalah perubahan sosial dalam proses yang lambat tanpa disertai rencana. Contoh evoulusi zaman modern. *Revolusioner adalah perubahan sosial dalam proses yang cepat dapat dilakukan dengan perencanaan maupun tidak dengan perencanaan. Contoh Perkembangan industri Perubahan yang dikehendaki adalah perubahan yang sudah direncanakan oleh pihak-pihak yang ingin melakukan perubahan. Contoh KB keluarga berencana Perubahan yang dipaksa/tidak dikehendaki adalah perubahan yang tidak dikehendaki masyarakat. Contoh pembangunan gedung-gedung yang menyebabkan wilayah pemukiman menjadi sempit. Pengertian perubahan kebudayaan Perubahan kebudayaan perubahan dalam sistem ide yang dimiliki bersama pada berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat yang terkait. Unsur-unsur perubahan kebudayaan Sistem peralatan hidup Peralatan dan perlengkapan hidup manusia perumahan, pakaian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat- alat produksi, dan transportasi. Bahasa sarana komunikasi utama manusia uuntuk mengenal sesamanya. Bahasa meliputi bahasa lisan, dan bahasa tulis. Sistem pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki masyarakat sangat terkait dengan pengalaman hidup yang dilalui masyarakat tersebut. Contohnya seperti dengan perkembangan teknologi yang sering mengalami perubahan. Sistem kemasyarakatan sistem kemasyarakatan sering berubah juga meliputi sistem perkawinan dan lain sebagainya. Sistem ekonomi mata pencaharian meliputi pertanian, pertenakan, perikanan dll. Sistem mata pencaharian masyarakat juga selalu berubah. Sistem realigi yang dianut masyarakat telah mengalami perubahan, dulu mereka menganut animism dan dinamisme sekarang orang telah menganut agama dan memercayai adanya Tuhan Kesenian meliputi seni tari, seni suara, seni luki. Seni pahat, seni music dll. Bentuk seni ini mengalami perubahan dari waktu ke waktu. manusia dan kebudayaan Hubungan manusia dan kebudayaan Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus ilmu ekonomi. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri sosialofi, Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan politik, makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya. - Contoh hubungan manusia dan kebudayaan Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ? Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan - peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi Berger, dalam terjemahan 1991; hal xv Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat. BAB III PENUTUP Demikianlah makalah mengenai sebagian dari kebudayaan setiap manusia dapat maafa apabila ada kekurangan kata berguna untuk pengetahuan lebinya mohon SUMBER Filsafat Kebudayaan Kebudayaan menjadi salah satu tema menarik dalam diskursus filsafat apabila direlevansikan terhadap perkembangan zaman yang dinamis. Istilah kebudayaan yang awalnya hanya dikaitkan dengan aktivitas kesenian dan seremonial sebagai artefak masyarakat, ternyata memiliki pembahasan yang lebih esensial dalam filsafat. Dalam diskursus filsafat, esensi kebudayaan diupayakan untuk diinternalisasi melalui berbagai macam fenomena budaya. Wacana pertemuan nilai budaya Timur dan Barat merupakan salah satu fenomena budaya yang seringkali mendapatkan perhatian dari berbagai ahli budaya dan filsafat, salah satunya adalah To Thi Anh. To Thi Anh merupakan seorang oksidentalis asal Vietnam yang telah menimba ilmu pada salah satu perguruan tinggi di Perancis. Dalam studinya, To Thi Anh sangat tertarik meneliti hubungan antara budaya barat dan timur, terutama dialektika budaya yang terjadi di antaranya. Dalam penelitian selama di Perancis, To Thi Anh telah mengidentifikasi pandangan dasar budaya timur yang dipengaruhi oleh paham Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Sedangkan dasar budaya barat yang banyak dipengaruhi oleh semangat renaisans. Momen Renaisans menjadi titik balik bagi masyarakat Barat untuk mengutamakan kemampuan akal logika dan metode-metode empiris dalam memahami realitas To Thi Anh, 1984. Meskipun telah diungkapkan mengenai masing-masing karakteristik antara budaya barat dan timur dalam pengertian To Thi Anh, namun dalam diskursus filsafat kebudayaan pernyataan tersebut tidak diterima secara dogmatis sebagai sesuatu yang pasti benar. Sebab pada realitasnya karakteristik budaya timur yang dikemukakan oleh To Thi Anh tidak selalu sama persis dengan budaya masyarakat timur secara lebih spesifik. Pada kebudayaan Indonesia, misalnya, secara spesifik adat istiadat dan tradisi masyarakat Indonesia tidak identik dengan kebudayan di Tiongkok atau Jepang. Bahkan dalam kebudayaan Indonesia secara spesifik juga memiliki banyak keanekaragaman budaya dan tradisi hampir di seluruh wilayahnya. Namun perlu diketahui bahwa pernyataan To Thi Anh juga tidak sepenuhnya salah, sebab secara umum antara budaya timur dan budaya Indonesia tetap memiliki kesamaan pada nilai-nilai universal, Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Fenomena Kebudayaan Wacana pertemuan nilai budaya Timur dan Barat hingga persoalan kebudayaan masyarakat pasca kolonial dan modern Bennartho Denys Rapoho 17/414228/FI/04387 Filsafat Kebudayaan Kebudayaan menjadi salah satu tema menarik dalam diskursus filsafat apabila direlevansikan terhadap perkembangan zaman yang dinamis. Istilah kebudayaan yang awalnya hanya dikaitkan dengan aktivitas kesenian dan seremonial sebagai artefak masyarakat, ternyata memiliki pembahasan yang lebih esensial dalam filsafat. Dalam diskursus filsafat, esensi kebudayaan diupayakan untuk diinternalisasi melalui berbagai macam fenomena budaya. Wacana pertemuan nilai budaya Timur dan Barat merupakan salah satu fenomena budaya yang seringkali mendapatkan perhatian dari berbagai ahli budaya dan filsafat, salah satunya adalah To Thi Anh. To Thi Anh merupakan seorang oksidentalis asal Vietnam yang telah menimba ilmu pada salah satu perguruan tinggi di Perancis. Dalam studinya, To Thi Anh sangat tertarik meneliti hubungan antara budaya barat dan timur, terutama dialektika budaya yang terjadi di antaranya. Dalam penelitian selama di Perancis, To Thi Anh telah mengidentifikasi pandangan dasar budaya timur yang dipengaruhi oleh paham Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Sedangkan dasar budaya barat yang banyak dipengaruhi oleh semangat renaisans. Momen Renaisans menjadi titik balik bagi masyarakat Barat untuk mengutamakan kemampuan akal logika dan metode-metode empiris dalam memahami realitas To Thi Anh, 1984. Meskipun telah diungkapkan mengenai masing-masing karakteristik antara budaya barat dan timur dalam pengertian To Thi Anh, namun dalam diskursus filsafat kebudayaan pernyataan tersebut tidak diterima secara dogmatis sebagai sesuatu yang pasti benar. Sebab pada realitasnya karakteristik budaya timur yang dikemukakan oleh To Thi Anh tidak selalu sama persis dengan budaya masyarakat timur secara lebih spesifik. Pada kebudayaan Indonesia, misalnya, secara spesifik adat istiadat dan tradisi masyarakat Indonesia tidak identik dengan kebudayan di Tiongkok atau Jepang. Bahkan dalam kebudayaan Indonesia secara spesifik juga memiliki banyak keanekaragaman budaya dan tradisi hampir di seluruh wilayahnya. Namun perlu diketahui bahwa pernyataan To Thi Anh juga tidak sepenuhnya salah, sebab secara umum antara budaya timur dan budaya Indonesia tetap memiliki kesamaan pada nilai-nilai universal yang selama ini diutamakan seperti aspek intuitif dan kolektifitas sosial. Adanya perbedaan budaya pada masyarakat timur secara spesifik juga sesungguhnya merupakan pengaruh aspek kewilayahannya masing-masing. Tesis kewilayahan ini juga dapat menjadi bukti sebab adanya perbedaan budaya barat dan timur. Substansi budaya barat menurut To Thi Anh merupakan kultus persona sedangkan substansi budaya timur merupakan kultus harmoni. Kultus persona merupakan karakteristik budaya barat yang lebih mengutamakan kebebasan individu dan kreatifitas individu. Dalam pandangan budaya barat manusia merupakan makhluk murni yang memiliki keunikan dan tidak dapat digeneralisasikan. Dengan asumsi ini maka individualitas menjadi semangat penting terutama untuk memunculkan ke‟aku‟an yang autentik. Berbeda dengan budaya barat, budaya timur justru kultus harmoni mengutamakan aspek kolektivitas sebagai jati diri yang diperlukan oleh manusia. Sebab dalam pandangan budaya timur manusia merupakan makhluk sosial yang tidak akan pernah dapat terlepas dari tradisi atau kekerabatannya dengan manusia lain. Sehingga aspek kolektivitas menjadi sangat penting bagi perspektif budaya timur dalam menyikapi esensi dari kehidupan manusia To Thi Anh, 1984. Perbedaan paradigma budaya yang terjadi―barat dan timur―sesungguhnya muncul sebagai proses belajar masyarakat budaya terhadap realitas di sekitarnya. Dalam pertemuan antara budaya timur dan budaya barat, misalnya, aspek pedagogis sangat signifikan menjadi kunci dialektika di antara kedua budaya tersebut. Meskipun kedua budaya besar ini memiliki karakteristiknya yang unik seperti diungkapkan oleh To Thi Anh dalam karya berjudul “Nilai Budaya Timur dan Barat Konflik atau Harmoni”, namun hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi dialektika yang terjadi di antara keduanya. Dengan menyadari perbedaan paradigma budaya barat dan timur, sesungguhnya terdapat unsur pedagogis yang dapat diinternalisasikan melalui proses dialektika budaya. Proses dialektika menurut To Thi Anh juga menjadi suatu ciri khas kebudayaan yang niscaya terjadi dalam memahami perbedaan corak kebudayaan barat dan timur. Menurutnya perbedaan karakteristik budaya tersebut bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan untuk menjadi ancaman atau bahkan konflik. Selain itu, menurut To Thi Anh kedua budaya besar ini seharusnya perlu saling mempelajari perbedaan di antaranya terutama untuk mengisi kekurangan aspek yang ada pada masing-masing kebudayaan. To Thi Anh juga mengibaratkan budaya barat dan timur bagaikan simbol “yin-yang” dengan makna harmonisasi budaya. Dalam pengertian ini, To Thi Anh berupaya mempertemukan budaya barat dan budaya timur sebagai suatu harmoni antara aspek individu dan sosial yang saling memiliki signifikansi To Thi Anh, 1984. Dialektika budaya sebagai proses pembelajaran bagi Bangsa Indonesia juga merupakan fenomena budaya yang penting untuk dipelajari. Masih terkait dengan pertemuan budaya Timur dan Barat, beberapa tokoh budaya nasional juga telah memiliki diskursus perihal wacana ini. Kongres Pendidikan Nasional di Solo pada tanggal 8-10 Juni 1935 menjadi salah satu bukti kepedulian intelektual Bangsa Indonesia terhadap perkembangan budaya dan pendidikan khususnya dalam menentukan sikap terhadap kehidupan modern. Perkembangan zaman menuju era modern memang telah disadari menimbulkan semacam polemik kebudayaan yang perlu untuk disikapi secara bijaksana agar Bangsa Indonesia dapat mempertahankan eksistensi kebudayaannya. Dalam buku Polemik Budaya karya Achdiat K. Mihardja setidaknya telah dikemukakan 3 tiga polemik kebudayaan Indonesia yaitu masyarakat serta kebudayaan baru, pendidikan Nasional, dan peran pendidikan dalam pembangunan bangsa Indonesia Mihardja, 1986. Ketiga polemik ini sesungguhnya juga muncul sebagai konsekuensi kesadaran terhadap pencarian makna ”Indonesia” yang dapat mempersatukan Bangsa Indonesia Claudia, 2017. Berbagai spekulasi dari para ahli budaya kemudian muncul sebagai jawaban terhadap persoalan tersebut. Sutan Takdir Alisjahbana dalam bukunya yang berjudul “Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru” telah membagi sejarah Bangsa Indonesia ke dalam dua bagian yaitu pra-Indonesia atau tepatnya hingga akhir abad 19, dan zaman Indonesia yang dimulai sejak awal abad 20. Dalam pengertian Sutan Takdir Alisjahbana, semangat keindonesiaan terlahir setelah abad ke 20 atau lebih tepatnya ketika Bangsa Indonesia “sudah belajar‟ dari Peradaban Barat mengenai keberagaman budaya serta pengelolaannya. Sedangkan sebelum periode tersebut semangat keindonesiaan belum sepenuhnya terlahir sebab semangat yang ada masih bersifat “kewilayahan”. Berbeda dengan pendapat Sutan Takdir Alisjahbana, Sanusi Pane justru menunjukkan sejarah masa lalu sebagai konstruksi keadaan saat ini sehingga tidak ada batas sejarah seperti yang diasumsikan oleh Sutan Takdir Alisjahbana. Menurut Sanusi Pane pemikiran sejarah Sutan Takdir Alisjahbana yang menyatakan bahwa Bangsa Indonesia telah belajar dari barat justru tidak tepat sebab peradaban barat memiliki corak materialis dan individualis jelas berbeda dengan peradaban timur. Merespon kritik Sanusi Pane, Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan bahwa adanya periodesasi sejarah justru mengekplisitkan adanya suatu proses kebudayaan yang baru. Proses belajar dari ide-ide barat juga dilakukan sebagai proses belajar masyarakat timur terkait kedinamisan kebudayaan barat. Sutan Takdir Alisjahbana juga tidak menyetujui pendapat Sanusi Pane terkait stigma masyarakat Barat yang bersifat materialis dan individualis tanpa mengenal unsur rohani intuitif dan kolektif. Hanya saja menurut Sutan Takdir Alisjahbana perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kompetensi yang lebih dominan di setiap kebudayaannya sehingga sekilas stigma tersebut seolah benar. Orientasi budaya yang terlalu mengarah pada satu sisi, misalnya masa depan seperti yang diasumsikan oleh Sutan Takdir Alisjahbana tidaklah tepat menurut Purbatjaraka. Penegasian ini terjadi karena tidaklah cukup suatu masyarakat hanya berorientasi pada masa depan saja tanpa melihat masa lampau. Sehingga menurut Purbatjaraka perlu adanya keseimbangan di antara kedua orientasi temporal tersebut. Pada Kongres Pendidikan Nasional di Solo pada tanggal 8-10 Juni 1935 diskursus kebudayaan nasional ini berlanjut dalam aspek pendidikan yang sangat erat dengan perkembangan budaya. Masih dengan tesis yang sama Sutan Takdir Alisjahbana kembali menyumbangkan pemikirannya terhadap rencana pendidikan nasional. Salah satu tokoh bernama R Sutomo juga menekankan bahwa seharusnya bangsa Indonesia tidak hanya berfokus pada aspek kognitif saja namun juga perlu mengedepankan ke‟aku‟an yang selama ini belum banyak dimiliki. Ke‟aku‟an disini memiliki makna untuk berproses menjadi “manusia Indonesia‟ yang selain memiliki kecerdasan kognitif juga memiliki kecerdasan afektif. Tjindarbumi juga mengakui masih adanya kekurangan dalam memandang pendidikan nasional terutama aspek falsafahnya. Tjindarbumi menjelaskan bahwa memang bangsa Timur masih tergolong “kalah‟ dalam beberapa aspek dari bangsa Barat, namun perlu diketahui bahwa bangsa Timur juga tidak kalah dalam hal pengetahuan intuitif dan kolektif yang bahkan selama ini bangsa Barat telah banyak mengadopsi hal tersebut dari bangsa Timur. Tjindarbumi juga menyakini bahwa pendidikan nasional seharusnya mau belajar dari budaya Barat namun juga perlu selektif. Selain itu menurut Adinegoro, bangsa Indonesia juga perlu mengejar beberapa aspek yang sudah terlampaui oleh bangsa Barat. Dr. Amir juga menambahkan perlunya keseimbangan berpikir kritis terhadap rencana kemajuan Bangsa Indonesia. Dalam Kongres Pendidikan Nasional ini Ki Hajar Dewantara juga terlibat dalam menyumbangkan buah pemikirannya mengenai pendidikan melalui tulisannya yang berjudul ”Pembaharuan Adab, Opedragen Kepada Tuan-Tuan S. T. A, dr. Soetomo, dan Sns. Pane”. Dalam tulisan tersebut, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa manusia tidak dapat lepas dari pengaruh alam tempat tinggalnnya. Ki Hajar Dewantara juga menyatakan bahwa perdebatan yang berlangsung diantara ketiga intelektual dalam kongres tersebut adalah perdebatan yang sehat. Sebab perdebatan tersebut berlangsung dengan kejujuran dan kesucian Anggoro, 2011. Peran pendidikan dalam pembangunan bangsa Indonesia kemudian menjadi topik berikutnya. Dalam karya Sutan Takdir Alisjahbana yang berjudul “Pekerjaan Pembangunan Bangsa sebagai Pekerjaan Pendidikan” menjelaskan bahwa jiwa bangsa dapat diselidiki ke masa lalu, namun terkait arah pergerakan berikutnya tidak dapat diketahui karena sudah memasuki ranah idealis. Dr. Amir juga menekankan kembali terhadap suatu autentisitas budaya, sebab tanpa mengedepankan kreatifitas dalam pembangunan suatu bangsa maka tidak ada hal menarik yang dapat dipelajari. Dalam karya yang berjudul “Jiwa dan Penjelmaan, Isi dan Bentuk” Sutan Takdir Alisjahbana menjelaskan bahwa jiwa suatu bangsa memungkinkan penegasian terhadap perkembangannya seperti seorang anak juga dapat memiliki jiwa yang berbeda dengan orang tuanya. Selain itu tahap perubahan bukanlah sesuatu yang perlu diresahkan justru merupakan suatu proses kemajuan suatu bangsa, misalnya pada peristiwa renaisance. Sutan Takdir Alisjahbana juga menjelaskan kembali bahwa keinginan jiwa suatu bangsa terhadap perubahan akan memicu transformasi bentuk baru yang lebih baik daripada sebelumnya. Transformasi budaya menjadi bentuk yang baru sesungguhnya dapat dipahami melalui teori disrupsi. Istilah disrupsi merupakan salah satu yang populer dewasa ini. Disrupsi berarti merusak atau memberikan gangguan terhadap sistem mapan yang dianggap telah korup atau kurang relevan dengan perkembangan zaman Kasali, 2017. Clayton juga telah menulis kajian tentang disrupsi dalam bukunya yang berjudul The Innovator’s Dilemma 1997 yang kemudian setelah itu terbitlah karya Francis Fukuyama yang berjudul The Great Disruption Human Nature and the Reconstitution of Sosial Order 1999. Apabila Christensen melihat disrupsi sebagai peluang terhadap inovasi, Francis Fukuyama justru secara sentral membahas disrupsi dalam perspektif sosial budaya yang dikaitkan dengan kehidupan di abad ke-20. Disrupsi menurut Francis Fukuyama yaitu gangguan atau kekacauan. Fukuyama mengartikan disrupsi dalam arti leksikal. Dalam pandangannya mengenai perubahan pola perilaku masyarakat abad ke-20, Fukuyama telah menjelaskan beberapa keunggulan akibat adanya kemajuan teknologi informasi. Fukuyama juga menegaskan bahwa kekuatan informasi yang melekat pada masyarakat modern membuat kesadaran terhadap nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan dan kesetaraan semakin menguat. Kemajuan teknologi informasi memang telah berhasil membawa berbagai manfaat positif bagi masyarakat seperti meningkatkan kesejahteraan, demokrasi, kesadaran akan hak asasi dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Model masyarakat yang seperti ini disebut oleh Fukuyama sebagai “masyarakat informasi‟ information society. Meskipun memiliki banyak manfaat dalam perkembangan manusia modern abad ke-20, adanya disrupsi dalam tata sosial juga menyebabkan memburuknya kualitas sosial. Kejahatan dan ketidakteraturan menciptakan kecemasan publik sehingga kenyamanan sudah menjadi barang mahal. Dalam masyarakat informasi information society juga menimbulkan dampak pada institusi sosial terkecil yaitu keluarga Fukuyama, 1999. Dampak negatif disrupsi menurut Fukuyama harus dapat diatasi. Menurut Fukuyama, agar kita dapat menata tatanan sosial perlu difokuskan pada dua aspek yaitu kesadaran terhadap kodrat manusia kemanusiaan dan kecenderungan manusia untuk mengorganisasi diri. Aspek pertama merupakan sumber nilai, sedangkan aspek yang kedua merupakan wilayah operasional bagi modal sosial. Dengan kata lain menurut Fukuyama kemajuan teknologi informasi dan berbagai inovasi yang muncul harus selalu berefleksi pada kodrat manusia sebagai dasar penataan kehidupan sosial budaya Ohoitimur, 2018. Namun dalam sebuah review oleh Paul Gillen 1999 bahwa fakta-fakta sosial yang ditunjukkan oleh Fukuyama dalam “Great Disruption” belum tentu benar sebab kemungkinan ketidaktepatan data akibat hanya melihat fenomena sosial secara parsial Gillen, 1999. Namun dalam pandangan yang berbeda Fukuyama justru menekankan bahwa asumsinya mengenai lemahnya modal sosial dalam kehidupan masyarakat kapitalis bukan berdasarkan pada kelompok sukarelawanan namun harus diamati melalui struktur sosial paling dasar yaitu keluarga Leigh, 2000. Selain adanya disrupsi dalam proses transformasi budaya pada abad ke-20, Garcias Sansini pada tahun 1990 juga pertama kali mengenalkan istilah Hibridisasi. Hibridisasi menurut Sansini merupakan bentuk transformasikan kebudayaan ke bentuk lebih baru konstektualisasi bukan justru menghilangkan budaya yang telah ada. Dalam sejarahnya hibridisasi juga pernah digunakan sebagai proyek politik bagi penjajah untuk melegitimasi kekuasaan atau melawan kekuasaan penduduk pribumi. Hibridisasi juga bukan sekedar pencampuran budaya namun juga merupakan suatu kritik orientasi budaya, menuju bentuk orientasi baru dari suatu budaya. Orientasi budaya membentuk suatu ruang budaya baru ruang ketiga untuk persilangan sehingga membentuk prinsip yang lebih kompleks. Ruang ketiga ini merupakan suatu imajinerisasi prinsip budaya yang bertemu. Fenomena pertemuan budaya yang terjadi di dalam ruang ketiga sesungguhnya telah dijelaskan oleh Homi K. Bhabha dalam karyanya yang berjudul “The Location of Culture”. Dalam buku ini, Bhabha membahas berbagai macam fenomena budaya seperti kolonialisme, nasionalisme, historiografi, migran, modernitas bahkan postmodernitas dalam perspektif postkolonial. Perspektif postkolonial digunakan oleh Bhabha dalam rangka menjelaskan fenomena budaya kontemporer yang disertai dengan banyaknya migrasi sehingga terjadi pertemuan antar budaya. Menurut Bhabha pertemuan budaya tersebut lebih bersifat antagonis daripada kompromis atau dialogis. Fenomena migrasi, misalnya, awalnya bangsa Eropa yang datang ke Asia dan Afrika memiliki tujuan etis terhadap peradaban, namun justru membenarkan perbudakan dan dehumanisasi bahkan perang. Sedangkan pada masa kontemporer, migrasi tidak hanya berdasarkan faktor misi etis namun juga ekonomi, politik atau bahkan pengungsian. Dengan adanya perubahan fenomena budaya pada masa kontemporer, Bhabha memilih meninjau ulang perspektif yang dipakai untuk menganalisis fenomena budaya dengan menggunakan konsep mimikri. Konsep mimikri juga diperlukan dalam perbedaan budaya sebagai posisi ambivalen yang bersifat metomini. Dengan kata lain, dalam perbedaan budaya atau hibrididasi bisa saja masyarakat pribumi memiliki kulit luar seperti mimikri namun sejatinya masih terdapat identitas kultur aslinya Prasisko, 2016. Pentingnya identitas kultur dalam tranformasi budaya dapat diketahui setelah memahami proses hibridisasi. Setelah proses hibridisasi, pencarian terhadap eksistensi baru pun menjadi persoalan budaya berikutnya. Seringkali pencarian jati diri budaya ini justru terjebak dalam pemahaman palsu ketika hegemoni budaya muncul sebagai konsekuensi perkembangan teknologi informasi. Pengaruh media iklan yang bersifat masif dan repetitif dapat merubah orientasi budaya pada masyarakat secara perlahan. Seperti yang pernah dijelaskan oleh Kluckhohn bahwa hiperrealitas budaya dapat mempengaruhi hakikat karya dari kebutuhan hidup menjadi pemuas nafsu libido. Selain itu muncul juga dampak ekstasi yaitu suatu keadaan mental yang mencapai puncak kesadaran semu dibandingkan dengan kesadaran normal. Menurut Jean Baudrillard, Hiperrealitas Budaya merupakan ketidakmampuan membedakan antara fantasi dengan realitas yang sesungguhnya. Pada dunia ini sesuatu yang semu seolah terasa menjadi nyata. Aspek kebudayaan menjadi kehilangan makna sebagai dampak dari hiperrealitas. Makna sudah tidak signifikan dalam keadaan ekstasi sosial. Hilangnya pondasi budaya mengakibatkan kebudayaan bergerak secara liar sehingga melewati batas-batas wajar. Kebudayaan kehilangan makna sebagai konsekuensi dari hiperrealitas terhadap persepsi budaya yang menjadikannya hanya sebagai simulasi. Kondisi ini disebut oleh Jean Baudrillard sebagai Simulakra. Simulakra berarti simulasi suatu proses dimana ada presentasi terhadap objek yang menggantikan objek sesungguhnya Baudrillard, 1994. Dengan keadaan hiperrealitas dan simulakra, eksistensi bahkan esensi kebudayaan juga menjadi terancam. Sebab tidak ada lagi budaya tradisional yang sesungguhnya dalam budaya modern karena dampak komersialisasi. Ketika seluruh aspek budaya hanya dianggap sebagai instrumen pasar sehingga esensi budaya telah tergeser dari batas wajarnya. Misalnya dalam budaya India yang seolah ditampilkan ke publik namun pada kenyataannya hanya digunakan sebagai objek pasar industri perfilman. Persoalan kebudayaan modern seharusnya disikapi sebagai tantangan. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Koentjaraningrat dalam karyanya yang berjudul “Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan” bahwa esensi dari kebudayaan merupakan suatu proses belajar budi manusia terutama untuk mengenal dirinya sendiri dan lingkungannya Koentjaraningrat, 1975. Saya pikir kesadaran terhadap persoalan kebudayaan juga merupakan hasil dari proses tersebut. Pengenalan diri dan lingkungan yang baik menurut saya merupakan suatu upaya untuk menjawab tantangan perkembangan zaman. Pembahasan mengenai orientasi budaya menjadi sesuatu yang sangat penting di tengah arus modern. Pertemuan antar budaya di seluruh dunia seharusnya memberikan kesempatan lebih baik untuk belajar mengenali diri sendiri dan lingkungan. Diskursus kebudayaan perlu untuk terus dibangun dalam memahami fenomena budaya yang dinamis. Perubahan dan perkembangan budaya saya pikir merupakan keniscayaan yang perlu disikapi secara terbuka dan kritis. Kreatifitas berpikir dalam mengenal diri sendiri dan lingkungan menjadi kunci dalam diskursus kebudayaan. Dalam memahami fenomena kebudayaan tidak dapat dilakukan secara tergesa-gesa. Hal ini sesungguhnya memerlukan proses yang dimaknai sebagai interaksi budaya. Aspek sosial menjadi sangat penting dalam hal ini. Tidak terjalinya komunikasi budaya juga dapat mengancam diskursus kebudayaan yang selama ini dibangun. Perkembangan menuju zaman modern yang terciptanya masyarakat informasi sesungguhnya telah memberikan pemahaman baru terkait fenomena budaya. Hal ini juga sekaligus memberikan kewaspadaan terhadap segala macam penyimpangan budaya yang kemungkinan dapat terjadi. Namun menurut saya, pemahaman baru terhadap fenomena budaya hanya dapat dikenali apabila disikapi dengan pemahaman budaya yang benar. Jika esensi kebudayaan dipahami sebagai suatu proses belajar mengenali diri dan lingkungan, maka fenomena budaya dapat menjadi suatu akses terhadap pemahaman budaya yang baru. Selain itu, peran filsafat dalam diskursus kebudayaan menjadi sangat penting mengingat sikap kritis dan terbuka serta usaha untuk mengenali diri dan lingkungan juga merupakan salah satu faktor teleologis dalam filsafat. Sehingga dalam memahami fenomena budaya diperlukan suatu diskursus kebudayaan yang bersifat komprehensif dan filosofis. Referensi Anggoro, Flavianus Setyawan, 2011, Wacana Kebudayaan Indonesia Pada Masa Pergerakan Kemerdekaan Polemik Kebudayaan 1935-1939, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Claudia, Zahra, 2017, Analisis Buku Polemik Kebudayaan, Universitas Indonesia, Depok. Clayton, M. Christensen, 1997, The Innovator‟s Dilemma When Technologies Cause Great Firms to Fail, Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts. Fukuyama, Francis, 1999, The Great Disruption Human Nature and the Reconstitution of Social Order, Profile Books, London. Gillen, Paul, 1999, Social Capital Disrupted?, Arena Magazine, Australia. Baudrillard, Jean, 1994, Simulacra and Simulation, translate by Sheila Glaser, University of Michigan Press, United Stated. Kasali, Rhenald, 2017, Disruption Tak ada yang tak bisa diubah sebelum dihadapi, Motivasi saja tidak cukup, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Koentjaraningrat, 1975, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta. Leigh, Andrew, 2000, Review Francis Fukuyama, “The Great Disruption”, Australian Journal of Political Science, Australia. Mihardja, K Achdiat, 1986, Polemik Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta. Ohoitimur, Johanis, 2018, Disrupsi Tantangan bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Peluang bagi Lembaga Pendidikan Tinggi, Jurnal Respon Atma Jaya, Jakarta. Prasisko, Yongki Gigih, 2016, Budaya Ruang Ketiga dari Homi K. Bhabha, Brikolase. Dikutip dari sumber diakses pada 21 April 2020 Pukul WIB To Thi Anh, 1984, Nilai Budaya Timur dan Barat, konflik atau harmoni?,Gramedia, Jakarta Naskah ini merupakan karya saya sendiri dengan referensi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this M. ChristensenAnalyzes how successful firms fail when confronted with technological and market changes, prescribing a list of rules for firms to follow as a solution. Precisely because of their adherence to good management principles, innovative, well-managed firms fail at the emergence of disruptive technologies - that is, innovations that disrupt the existing dominant technologies in the market. Unfortunately, it usually does not make sense to invest in disruptive technologies until after they have taken over the market. Thus, instead of exercising what are typically good managerial decisions, at the introduction of technical or market change it is very often the case that managers must make counterintuitive decisions not to listen to customers, to invest in lower-performance products that produce lower margins, and to pursue small markets. From analysis of the disk drive industry, a set of rules is devised - the principles of disruptive innovation - for managers to measure when traditional good management principles should be followed or rejected. According to the principles of disruptive innovation, a manager should plan to fail early, often, and inexpensively, developing disruptive technologies in small organizations operating within a niche market and with a relevant customer base. A case study in the electric-powered vehicles market illustrates how a manager can overcome the challenges of disruptive technologies using these principles of disruptive innovation. The mechanical excavator industry in the mid-twentieth century is also described, as an example in which most companies failed because they were unwilling to forego cable excavator technology for hydraulics machines. While there is no "right answer" or formula to use when reacting to unpredictable technological change, managers will be able to adapt as long as they realize that "good" managerial practices are only situationally appropriate. Though disruptive technologies are inherently high-risk, the more a firm invests in them, the more it learns about the emerging market and the changing needs of consumers, so that incremental advances may lead to industry-changing leaps. CJCZahra ClaudiaClaudia, Zahra, 2017, Analisis Buku Polemik Kebudayaan, Universitas Indonesia, Capital Disrupted?Paul GillenGillen, Paul, 1999, Social Capital Disrupted?, Arena Magazine, and Simulation, translate by Sheila GlaserJean BaudrillardBaudrillard, Jean, 1994, Simulacra and Simulation, translate by Sheila Glaser, University of Michigan Press, United Tak ada yang tak bisa diubah sebelum dihadapi, Motivasi saja tidak cukup, Gramedia Pustaka UtamaRhenald KasaliKasali, Rhenald, 2017, Disruption Tak ada yang tak bisa diubah sebelum dihadapi, Motivasi saja tidak cukup, Gramedia Pustaka Utama, 1975, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, Gramedia, LeighLeigh, Andrew, 2000, Review Francis Fukuyama, "The Great Disruption", Australian Journal of Political Science, Ruang Ketiga dari Homi K. Bhabha, BrikolaseYongki PrasiskoGigihPrasisko, Yongki Gigih, 2016, Budaya Ruang Ketiga dari Homi K. Bhabha, Brikolase. Dikutip dari sumber diakses pada 21 April 2020 Pukul WIBNilai Budaya Timur dan Barat, konflik atau harmoni?,Gramedia, Jakarta Naskah ini merupakan karya saya sendiri dengan referensi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkanAnh To ThiTo Thi Anh, 1984, Nilai Budaya Timur dan Barat, konflik atau harmoni?,Gramedia, Jakarta Naskah ini merupakan karya saya sendiri dengan referensi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Baca juga Gedung Kebudayaan Rp 6 Miliar di Ranggawulung Subang Mangkrak Pandangan ini umumnya dipengaruhi oleh persepsi negatif dan stereotip negara-negara tersebut. Dalam konteks sejarah, orientalis merujuk pada para akademisi dan ilmuwan Eropa yang mempelajari bahasa dan budaya Timur Tengah, Asia, dan Afrika. Namun, dalam konteks modern, istilah ini kerap dikaitkan dengan pandangan politik, ideologi, dan kepentingan Barat terhadap negara-negara tersebut. Sejarah Orientalis Sejarah orientalis dapat ditelusuri kembali ke abad ke-18 dan ke-19, ketika Eropa mulai mengeksplorasi dan menaklukan wilayah-wilayah di Timur Tengah, Asia, dan Afrika. Pada saat itu, orang Barat sangat tertarik untuk mempelajari bahasa dan budaya negara-negara tersebut. Salah satu orientalis terkenal pada masa itu adalah Sir William Jones. Seorang hakim Inggris di India yang mempelajari bahasa Sanskerta dan merumuskan teori tentang asal-usul bahasa Indo-Eropa. Selain itu, terdapat pula orientalis seperti Edward Lane dan Richard Burton yang mempelajari bahasa dan budaya Arab. Namun, seiring dengan perkembangan kolonialisme dan penjajahan Barat, orientalis mulai dipandang sebagai suatu instrumen politik. Untuk membenarkan hegemoni Barat atas negara-negara Timur Tengah, Asia, dan Afrika. Pandangan negatif dan stereotipik terhadap negara-negara tersebut juga mulai tersebar di kalangan masyarakat Barat. Baca juga Lagu Daerah Jawa Barat yang Populer di Indonesia dan Liriknya Halaman 1 2 3 NilaiJawabanSoal/Petunjuk ORIENTALIS Ahli kebudayaan bangsa bangsa timur TIMUR 1 mata angin yang arahnya berlawanan dengan barat; asal matahari terbit matahari terbit di sebelah -; 2 orang, bangsa, benua di bagian timur dunia;... ARAB Bangsa Di Timur Tengah NASION Bangsa ABAI Suku bangsa di Kalimantan Timur KANGEAN Suku bangsa di jawa timur ALOR Suku bangsa di Nusa Tenggara Timur TIDUNG Suku bangsa yang mendiami Kalimantan Timur TENGGER Suku bangsa yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Bromo ETNOGRAF Ahli perbandingan adat-istiadat bangsa-bangsa; ahli etnografi SOA Suku bangsa yang mendiami Kabupaten Ngada, NTT NGADA Suku bangsa di Pulau Flores, NTT OSING Suku bangsa yang mendiami daerah Banyuwangi MABA Salah satu suku bangsa di kab maluku utara USING Salah satu suku bangsa di Banyuwangi, Jawa Timur UNA Suku bangsa yang mendiami wilayah pegunungan Jaya wijaya, Papua KUI Suku bangsa di Pulau Alor, NTT TOIANAS Suku bangsa yang mendiami wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur SEDOA Suku bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi Tengah bagian timur KODI Suku bangsa di Sumba Barat, NTT LURU Suku bangsa di sebelah timur Gunung Pendering, Kalimantan dan Serawak RONGGA Salah satu Suku bangsa yang berasal dari Nusa Tenggara Timur MOI Salah satu suku bangsa yang mendiami Pulau Salawati bagian timur dan di sekitar Kota Sorong ATONI Suku bangsa yang mendiami pedalaman Pulau Timor bagian barat, Provinsi NTT SAURI Suku bangsa yang tinggal di pesisir timur Teluk Cendrawasih, Papua

ahli kebudayaan bangsa bangsa timur